Jumat, 05 April 2013

Dalam Kesulitan Ada Kemudahan


Kata Allah SWT dalam surah Adh-Dhuha, “Waddhuha, wallaili idza saja…” Allah bersumpah terhadap waktu dhuha dan waktu malam. “Maa wadda’aka Rabbuka wamaa qola..” Tidak sekali-kali Allah meninggalkanmu dan tidak juga marah kepadamu.

Ini kita sebagai waratsatul anbiya’ wal mursalin, ketika ada himpitan-himpitan, kembali kepada waddhuha itu. Allah memang dari waktu ke waktu menguji kita, selagi kita istiqomah dalam da’wah, insyaAllah, Allah tidak meninggalkan kita. Maa wadda’aka wa maa qola, dan tidak juga marah.

Untuk menyongsong masa depan yang lebih baik, baik dunia maupun akhirat kita, ya kita perlu digembleng. “Walal akhiratu khairu laka minal ula. Wala saufa yu’thika…” Allah akan selalu memberi dan memberi, memfasilitasi dan memfasilitasi, jika kita tetap berjalan dalam thariqul istiqomah. “Wala saufa yu’thika Rabbuka fatardho.” Dan kamu ridho, puas dan qona’ah, akan perjalanan yang benar ini.

Dalam situasi yang digambarkan dalam sejarah Rasulullah, kemudian diikuti dengan surah al Insyirah. “Alam nasyrah laka shadrok.” Bukankah telah kami lapangkan dada kalian. “Wawadho’na ‘anka wizrok.” Dan kami letakkan beban yang ada di punggung kalian. “Warafa’na laka dzikrok.” Kemulian kalian ditingkatkan. “Fa inna ma’al ‘usri yusro, inna ma’al  ‘usri yusro.” Dalam kesulitan itulah terkandung kemudahan.

Fa inna ma’al ‘usri yusro, inna ma’al  ‘usri yusro, kata Allah dalam menghidupi situasi seperti ini. Luar biasa, Allah untuk memberikan kemudahan melalui kesulitan. Dalam kesulitan itulah terkandung kemudahan. Diingatkan sampai dua kali. Untuk menemukan kemudahan dalam kesulitan. Untuk menemukan kenikmatan dalam ancaman. Ya, kita harus terus aktif.

“Fa idza faraghta fanshob.” Jangan berhenti bekerja. Artinya, kita para pekerja dakwah, yang tidak berhenti oleh situasi apapun, oleh ancaman apupun. Dan motivasi kita, tujuan kita jelas. “Wa ila Rabbika farghob.” Hanya kepada Allah kita berharap.

Situasi yang menghimpit Rasulullah, situasi yang menekan Rasulullah, dijawab oleh Allah dengan dua surah yang sangat menghibur Rasulullah SAW. InsyaAllah, dua surah itu harus menjadi bekalan kita dalam segala situasi sehingga kita bisa terus bekerja untuk kemaslahatan bangsa.

Negeri tercinta ini adalah anugerah Allah kepada kita. Apabila tanah air kita yang indah permai, mengandung banyak resources. Yang bangsa-bangsa lain ngiri, ingin ikut menikmatinya. Bahkan kadang-kadang berkonspirasi untuk merebutnya, atau memanfaatkannya, tanpa melihat hak-hak dari pemilik sah dari bumi pertiwi Indonesia ini. Tanggung jawab nasioal ini harus tampil dalam kehadiran kita, dalam program kita, agenda kita, sepak terjang perjuangan kita. Kita adalah pengawal di garis terdepan bagi kepentingan-kepentingan bersama secara nasional. Kita tidak ingin merusak Negara ini, karena ini adalah Negara karunia Allah.

Dikutip dari Taujih Ust. Hilmi Aminuddin (AR). 

Kamis, 04 April 2013

Hadapilah

Walau hujan kan terus melanda
Walau amuk gelombang tak henti menerjang
Walau terang mencegah, walau mentari kan membakar
Jangan letih menapaki kehidupan

Ujian bagaikan terik sinar sang surya
Hadir kedunia bersama berjuta karunia
Jangan bertekuk lutut dalam pelukan putus asa
Janganlah bersimpuh dihadapan duka

Hadapilah segala tantangan
Sambutlah harimu dengan suka cita
Hadapilah segala ujian
Dalam kesulitan pasti ada kemudahan


Link video:
http://www.youtube.com/watch?v=8vTK-RPi17o&feature=share
By: Shoutul Harokah

Rabu, 03 April 2013

Andai Rasyid Anak Petinggi PKS


Akhirnya drama pengadilan Rasyid Rajasa berakhir, dengan Vonis  6 bulan masa percobaan. Rasyid pun bebas dan tidak dipenjara.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/03/25/mk7l9o-rasyid-rajasa-bebas

Tulisan ini tidak akan mencoba mengupas aspek hukumnya, namun akan melihat aspek lain dari sisi sosial politik. Sesaat setelah berita kecelakaan yang melibatkan anak seorang menteri, secara bawah sadar masyarakat seolah sudah mafhum bahwa kasus ini akan mendapat keistimewaan dari petugas. Terlebih jika dibandingkan dengan kasus serupa yang melibatkan bukan anak pejabat. Ringannya Vonis Rasyid diyakini tidak akan didapatkan jika yang bersangkutan bukan anak pejabat.

Dari perspektif lain, Rasyid penulis yakini tidak akan bernasib  mujur seperti sekarang jika saja Rasyid adalah putra dari salah satu pejabat yang berasal dari PKS. Kenapa PKS? ada apa dengan PKS? ya karena PKS merupakan satu partai yang empuk untuk dijadikan sasaran tembak lawan - lawan politiknya terutama bagi yang menguasai media mainstream.

Secara kebetulan dalam masa yang sama dengan proses hukum Rasyid Rajasa ada salah satu anak petinggi PKS yang juga terlibat pada masalah hukum yaitu Ridwan Hakim putra keempat dari ketua majelis syuro PKS.  Namun Rasyid dan Ridwan Hakim mendapatkan respon yang sedikit berbeda baik dari aparat maupun pembentukan opini publik dari media.

Yang berbeda dari mereka berdua adalah Rasyid Sudah Tersangka, jelas menjadi pelaku kelalaian berlalulintas yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain namun hingga vonis diputuskan belum pernah sama sekali ditahan sehingga menimbulkan kesan  seolah-olah Rayid layaknya saksi dalam sebuah pengadilan kecelakaan lalu lintas.

Sedangkan Ridwan, statusnya jelas sebagai saksi dari kasus yang Suap Impor sapi yang secara dtail kasusnya masih misteri. Walaupun hanya saksi Ridwan sudah dianggap seperti tersangka, dikesankan ridwan melarikan diri ke Turki padahal jelas Dia ke Turki sebelum perintah pencekalan ada. Ditambah lagi dengan wacana jemput paksa oleh KPK yang ramai diberitakan oleh media padahal KPK baru mengirim surat panggilan pertama, sehingga makin menguatkan kesan seolah-olah ridwan adalah buronan KPK yang melarikan diri ke luar negeri layaknya Nazarudin dan Istrinya.


( Ridwan Hakim, Saksi tapi seperti Tersangka )


(Rasyid Rajasa, Tersangka tapi seperti saksi)

Nyatanya, Setelah urusan selesai Ridwan pulang dan datang sendiri ke KPK memenuhi panggilan pemeriksanaan. Saat pemeriksaan, lagi-lagi dikesankan seolah-olah ridwan terlibat dan menjadi tersangka.baru menjadi saksi saja Ridwan sudah sedemikian dihinakan oleh media, apalagi jika Ridwan menjadi tersangka maka label-label koruptor tidak hanya disematkan pada Ridwan saja, pasti merembet ke nama baik ayahnya dan tentunya bermuara pada demarketing PKS.

Andai Rasyid Rajasa adalah Ridwan Hakim, maka kasus kecelakaan yang merenggut nyawa manusia tersebut tentu akan sangat mudah digoreng oleh media dan menjadi bola salju yang semakin membesar dengan ending yang tidak manis tentunya. Jauh dari ending vonis bebas dengan mas percobaan 6 bulan. Diakhir penulis ingin menyampaikan bahwa tulisan ini bukan bermaksud untuk mendiskreditkan partai dari ayahnya rasyid, namun lebih melihat pada fenomena yang dialami PKS yang menjadi incaran banyak media untuk demarketisasi. []


By: Arviantoni Sadri | Kompasiana