Kata
Allah SWT dalam surah Adh-Dhuha, “Waddhuha, wallaili idza saja…” Allah
bersumpah terhadap waktu dhuha dan waktu malam. “Maa wadda’aka
Rabbuka wamaa qola..” Tidak sekali-kali Allah meninggalkanmu dan tidak juga
marah kepadamu.
Ini
kita sebagai waratsatul anbiya’ wal mursalin, ketika ada himpitan-himpitan,
kembali kepada waddhuha itu. Allah memang dari waktu ke waktu menguji kita,
selagi kita istiqomah dalam da’wah, insyaAllah, Allah tidak meninggalkan kita.
Maa wadda’aka wa maa qola, dan tidak juga marah.
Untuk
menyongsong masa depan yang lebih baik, baik dunia maupun akhirat kita, ya kita
perlu digembleng. “Walal akhiratu khairu laka minal ula. Wala saufa yu’thika…”
Allah akan selalu memberi dan memberi, memfasilitasi dan memfasilitasi, jika
kita tetap berjalan dalam thariqul istiqomah. “Wala saufa yu’thika Rabbuka
fatardho.” Dan kamu ridho, puas dan qona’ah, akan perjalanan yang benar ini.
Dalam
situasi yang digambarkan dalam sejarah Rasulullah, kemudian diikuti dengan
surah al Insyirah. “Alam nasyrah laka shadrok.” Bukankah telah kami lapangkan
dada kalian. “Wawadho’na ‘anka wizrok.” Dan kami letakkan beban yang ada di
punggung kalian. “Warafa’na laka dzikrok.” Kemulian kalian ditingkatkan. “Fa
inna ma’al ‘usri yusro, inna ma’al ‘usri
yusro.” Dalam kesulitan itulah terkandung kemudahan.
Fa
inna ma’al ‘usri yusro, inna ma’al ‘usri
yusro, kata Allah dalam menghidupi situasi seperti ini. Luar biasa, Allah untuk
memberikan kemudahan melalui kesulitan. Dalam kesulitan itulah terkandung
kemudahan. Diingatkan sampai dua kali. Untuk menemukan kemudahan dalam
kesulitan. Untuk menemukan kenikmatan dalam ancaman. Ya, kita harus terus
aktif.
“Fa
idza faraghta fanshob.” Jangan berhenti bekerja. Artinya, kita para pekerja
dakwah, yang tidak berhenti oleh situasi apapun, oleh ancaman apupun. Dan motivasi
kita, tujuan kita jelas. “Wa ila Rabbika farghob.” Hanya kepada Allah kita
berharap.
Situasi
yang menghimpit Rasulullah, situasi yang menekan Rasulullah, dijawab oleh Allah
dengan dua surah yang sangat menghibur Rasulullah SAW. InsyaAllah, dua surah
itu harus menjadi bekalan kita dalam segala situasi sehingga kita bisa terus
bekerja untuk kemaslahatan bangsa.
Negeri
tercinta ini adalah anugerah Allah kepada kita. Apabila tanah air kita yang
indah permai, mengandung banyak resources. Yang bangsa-bangsa lain ngiri, ingin
ikut menikmatinya. Bahkan kadang-kadang berkonspirasi untuk merebutnya, atau
memanfaatkannya, tanpa melihat hak-hak dari pemilik sah dari bumi pertiwi
Indonesia ini. Tanggung jawab nasioal ini harus tampil dalam kehadiran kita,
dalam program kita, agenda kita, sepak terjang perjuangan kita. Kita adalah
pengawal di garis terdepan bagi kepentingan-kepentingan bersama secara nasional.
Kita tidak ingin merusak Negara ini, karena ini adalah Negara karunia Allah.
Dikutip
dari Taujih Ust. Hilmi Aminuddin (AR).