Senin, 15 Juli 2013

Apa dosa Mursi?

Dosa-dosa Presiden Mesir DR. Muhammad Mursi

Diposkan oleh Admin BeDa pada Selasa, 02 Juli 2013 | 14.00 WIB

Mengapa kalangan liberal sangat getol berusaha menjatuhkan Presiden Mesir DR Muhammad Mursi? Salah seorang pembacabersamadakwah mengirimkan tulisan menarik tentang Dosa-dosa Presiden Mesir DR Muhammad Mursi. Bisa jadi, opini yang dikirim melalui fanpage ini benar adanya. Bahwa 'dosa-dosa' inilah yang membuat pemerintahan Mursi digoyang. Berikut tulisan lengkapnya:

Dosa Mursi itu adalah karena dia bisa mengantarkan Mesir dalam setahun ke arah swasembada pangan. Yang dulu zaman mubarak gandum hanya boleh diproduksi dalam negeri sebanyak 20 % paling banyak, sekarang sudah melampai 60 %. Dulu harus mengimpor ke Amerika, sekarang Mursi mengimpor dari negara yang dia inginkan, yang lebih menguntungkan rakyat. Kondisi ini mampu menghemat belanja negara sampai milyaran dollar pertahun sekaligus meningkatkan perekonomian petani.

Dosa Mursi adalah karena mengembangkan terusan Suez menjadi pasar bebas dunia. Yang dulu di zaman mubarak hanya menghasilkan uang sebanyak 5.6 milyar dollar pertahun, akan meningkat 100 milyar dollar pertahun.

Dosa Mursi adalah menaikkan gaji PNS dan pensiunan sebanyak 200 % lebih, sementara harga-harga barang bisa dipertahankan tidak naik, sehingga PNS jadi lebih makmur.

Dosa Mursi adalah membangun pabrik samsung terbesar di Arab di provinsi Bani Suwef, sehingga harga barang elektronik menjadi murah.

Dosa Mursi adalah membuat pabrik mobil sendiri sehingga untuk tahun-tahun ke depan tidak perlu lagi mengimpor mobil.

Dosa Mursi adalah membuat pabrik senjata sendiri sehingga tidak perlu lagi mengimpor senjata-senjata rongsokan dari Amerika.

Dosa Mursi adalah membuat pabrik innar (sejenis tablet/ipad), sehingga seluruh rakyat nanti bisa mencicipi enaknya memakai barang elektronik bermutu dengan harga terjangkau. Anak-anak sekolah bisa belajar pakai alat canggih.

Dosa Mursi adalah mampu mempertahankan, bahkan menambah cadangan devisa Mesir yang sebelumnya sudah di ambang kebangkrutan.

Dosa Mursi terbesar adalah dia selalu shalat berjamaah di mesjid, hafal al Qur'an, selalu tahajjud dan sabar terhadap segala caci maki.

Dosa Mursi adalah mendukung perjuangan Palestina, Suriah dan Myanmar.

Dosa Mursi yang tidak kalah parahnya mengeluarkan Mesir dari rongrongan kekuasaan militer dalam 40 hari, di mana Erdogan butuh bertahun-tahun untuk melakukan itu.

Dosa Mursi meningkatkan harga diri negara Mesir di hadapan negara Arab lain bahkan dunia. Hingga Mesir jadi negara yang diperhitungkan.

Dosa Mursi adalah berusaha mengembangkan tenaga nuklir dan tenaga matahari sebagai energi alternatif di Mesir.

Dosa Mursi adalah karena ia mampu menarik investor luar negeri dan mempertahankan kepercayaan asing di Mesir.

Dosa Mursi adalah membuka kembali jalan darat antara Mesir dan Sudan sehingga kerja sama dalam bidang ekonomi kedua negara akan meningkat.

Dosa Mursi adalah mampu membuka lapangan kerja baru untuk 600 ribu lebih orang pengangguran.

Dosa Mursi adalah berusaha mengembalikan harta yang dibawa kabur ke luar negeri oleh Husni Mubarak dan antek-anteknya.

Dosa Mursi adalah menegakkan peradilan yang sebenarnya dan berusaha menghabisi kecurangan.

Dan banyak lagi dosa-dosanya yang tidak bisa kita sebutkan satu persatu yang membikin lawan politik, terutama Amerika dan Israel jadi meradang.

Karena dosa-dosa itulah maka Mursi akan digulingkan oleh sisa-sisa antek Mubarak, liberas, sekuler, komunis, dan Kristen Koptik serta muslim ambigu. Mereka memandang Mursi sudah gagal mengantarkan Mesir ke arah kehancuran.

Itulah logika yang ada dalam kehidupan sekarang.

[Dari seorang mahasiswa Mesir via Ria Syamil Yuliasari]

Sabtu, 15 Juni 2013

Dari Isu Kenaikan BBM hingga Kasus Bank Century

[video] ILC "PKS MELAWAN" (11/6/13)

Sabtu, 15 Juni 2013

Indonesia Lawyer Club (ILC) TvOne 11 juni 2013 dengan topik "PKS MELAWAN"


(Lengkap ada 9 part)

Part1



Part 2



Part 3



Part 4



Part 5



Part 6



Part 7



Part 8



Part 9



Selamat menyaksikan seluruh videonya (9 part). Semoga jadi bahan kajian bersama dan pemberitaan yang berimbang. Sumber: http://www.pkspiyungan.org/2013/06/video-ilc-pks-melawan-11613.html.

Jumat, 05 April 2013

Dalam Kesulitan Ada Kemudahan


Kata Allah SWT dalam surah Adh-Dhuha, “Waddhuha, wallaili idza saja…” Allah bersumpah terhadap waktu dhuha dan waktu malam. “Maa wadda’aka Rabbuka wamaa qola..” Tidak sekali-kali Allah meninggalkanmu dan tidak juga marah kepadamu.

Ini kita sebagai waratsatul anbiya’ wal mursalin, ketika ada himpitan-himpitan, kembali kepada waddhuha itu. Allah memang dari waktu ke waktu menguji kita, selagi kita istiqomah dalam da’wah, insyaAllah, Allah tidak meninggalkan kita. Maa wadda’aka wa maa qola, dan tidak juga marah.

Untuk menyongsong masa depan yang lebih baik, baik dunia maupun akhirat kita, ya kita perlu digembleng. “Walal akhiratu khairu laka minal ula. Wala saufa yu’thika…” Allah akan selalu memberi dan memberi, memfasilitasi dan memfasilitasi, jika kita tetap berjalan dalam thariqul istiqomah. “Wala saufa yu’thika Rabbuka fatardho.” Dan kamu ridho, puas dan qona’ah, akan perjalanan yang benar ini.

Dalam situasi yang digambarkan dalam sejarah Rasulullah, kemudian diikuti dengan surah al Insyirah. “Alam nasyrah laka shadrok.” Bukankah telah kami lapangkan dada kalian. “Wawadho’na ‘anka wizrok.” Dan kami letakkan beban yang ada di punggung kalian. “Warafa’na laka dzikrok.” Kemulian kalian ditingkatkan. “Fa inna ma’al ‘usri yusro, inna ma’al  ‘usri yusro.” Dalam kesulitan itulah terkandung kemudahan.

Fa inna ma’al ‘usri yusro, inna ma’al  ‘usri yusro, kata Allah dalam menghidupi situasi seperti ini. Luar biasa, Allah untuk memberikan kemudahan melalui kesulitan. Dalam kesulitan itulah terkandung kemudahan. Diingatkan sampai dua kali. Untuk menemukan kemudahan dalam kesulitan. Untuk menemukan kenikmatan dalam ancaman. Ya, kita harus terus aktif.

“Fa idza faraghta fanshob.” Jangan berhenti bekerja. Artinya, kita para pekerja dakwah, yang tidak berhenti oleh situasi apapun, oleh ancaman apupun. Dan motivasi kita, tujuan kita jelas. “Wa ila Rabbika farghob.” Hanya kepada Allah kita berharap.

Situasi yang menghimpit Rasulullah, situasi yang menekan Rasulullah, dijawab oleh Allah dengan dua surah yang sangat menghibur Rasulullah SAW. InsyaAllah, dua surah itu harus menjadi bekalan kita dalam segala situasi sehingga kita bisa terus bekerja untuk kemaslahatan bangsa.

Negeri tercinta ini adalah anugerah Allah kepada kita. Apabila tanah air kita yang indah permai, mengandung banyak resources. Yang bangsa-bangsa lain ngiri, ingin ikut menikmatinya. Bahkan kadang-kadang berkonspirasi untuk merebutnya, atau memanfaatkannya, tanpa melihat hak-hak dari pemilik sah dari bumi pertiwi Indonesia ini. Tanggung jawab nasioal ini harus tampil dalam kehadiran kita, dalam program kita, agenda kita, sepak terjang perjuangan kita. Kita adalah pengawal di garis terdepan bagi kepentingan-kepentingan bersama secara nasional. Kita tidak ingin merusak Negara ini, karena ini adalah Negara karunia Allah.

Dikutip dari Taujih Ust. Hilmi Aminuddin (AR). 

Kamis, 04 April 2013

Hadapilah

Walau hujan kan terus melanda
Walau amuk gelombang tak henti menerjang
Walau terang mencegah, walau mentari kan membakar
Jangan letih menapaki kehidupan

Ujian bagaikan terik sinar sang surya
Hadir kedunia bersama berjuta karunia
Jangan bertekuk lutut dalam pelukan putus asa
Janganlah bersimpuh dihadapan duka

Hadapilah segala tantangan
Sambutlah harimu dengan suka cita
Hadapilah segala ujian
Dalam kesulitan pasti ada kemudahan


Link video:
http://www.youtube.com/watch?v=8vTK-RPi17o&feature=share
By: Shoutul Harokah

Rabu, 03 April 2013

Andai Rasyid Anak Petinggi PKS


Akhirnya drama pengadilan Rasyid Rajasa berakhir, dengan Vonis  6 bulan masa percobaan. Rasyid pun bebas dan tidak dipenjara.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/03/25/mk7l9o-rasyid-rajasa-bebas

Tulisan ini tidak akan mencoba mengupas aspek hukumnya, namun akan melihat aspek lain dari sisi sosial politik. Sesaat setelah berita kecelakaan yang melibatkan anak seorang menteri, secara bawah sadar masyarakat seolah sudah mafhum bahwa kasus ini akan mendapat keistimewaan dari petugas. Terlebih jika dibandingkan dengan kasus serupa yang melibatkan bukan anak pejabat. Ringannya Vonis Rasyid diyakini tidak akan didapatkan jika yang bersangkutan bukan anak pejabat.

Dari perspektif lain, Rasyid penulis yakini tidak akan bernasib  mujur seperti sekarang jika saja Rasyid adalah putra dari salah satu pejabat yang berasal dari PKS. Kenapa PKS? ada apa dengan PKS? ya karena PKS merupakan satu partai yang empuk untuk dijadikan sasaran tembak lawan - lawan politiknya terutama bagi yang menguasai media mainstream.

Secara kebetulan dalam masa yang sama dengan proses hukum Rasyid Rajasa ada salah satu anak petinggi PKS yang juga terlibat pada masalah hukum yaitu Ridwan Hakim putra keempat dari ketua majelis syuro PKS.  Namun Rasyid dan Ridwan Hakim mendapatkan respon yang sedikit berbeda baik dari aparat maupun pembentukan opini publik dari media.

Yang berbeda dari mereka berdua adalah Rasyid Sudah Tersangka, jelas menjadi pelaku kelalaian berlalulintas yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain namun hingga vonis diputuskan belum pernah sama sekali ditahan sehingga menimbulkan kesan  seolah-olah Rayid layaknya saksi dalam sebuah pengadilan kecelakaan lalu lintas.

Sedangkan Ridwan, statusnya jelas sebagai saksi dari kasus yang Suap Impor sapi yang secara dtail kasusnya masih misteri. Walaupun hanya saksi Ridwan sudah dianggap seperti tersangka, dikesankan ridwan melarikan diri ke Turki padahal jelas Dia ke Turki sebelum perintah pencekalan ada. Ditambah lagi dengan wacana jemput paksa oleh KPK yang ramai diberitakan oleh media padahal KPK baru mengirim surat panggilan pertama, sehingga makin menguatkan kesan seolah-olah ridwan adalah buronan KPK yang melarikan diri ke luar negeri layaknya Nazarudin dan Istrinya.


( Ridwan Hakim, Saksi tapi seperti Tersangka )


(Rasyid Rajasa, Tersangka tapi seperti saksi)

Nyatanya, Setelah urusan selesai Ridwan pulang dan datang sendiri ke KPK memenuhi panggilan pemeriksanaan. Saat pemeriksaan, lagi-lagi dikesankan seolah-olah ridwan terlibat dan menjadi tersangka.baru menjadi saksi saja Ridwan sudah sedemikian dihinakan oleh media, apalagi jika Ridwan menjadi tersangka maka label-label koruptor tidak hanya disematkan pada Ridwan saja, pasti merembet ke nama baik ayahnya dan tentunya bermuara pada demarketing PKS.

Andai Rasyid Rajasa adalah Ridwan Hakim, maka kasus kecelakaan yang merenggut nyawa manusia tersebut tentu akan sangat mudah digoreng oleh media dan menjadi bola salju yang semakin membesar dengan ending yang tidak manis tentunya. Jauh dari ending vonis bebas dengan mas percobaan 6 bulan. Diakhir penulis ingin menyampaikan bahwa tulisan ini bukan bermaksud untuk mendiskreditkan partai dari ayahnya rasyid, namun lebih melihat pada fenomena yang dialami PKS yang menjadi incaran banyak media untuk demarketisasi. []


By: Arviantoni Sadri | Kompasiana

Jumat, 08 Februari 2013

Tabayyun

Di saat Menteri PKS menyatakan perang terhadap pembalakan liar, muncul kasus Soeripto…
Di saat Politisi PKS menyatakan perang terhadap Century, muncul kasus Misbakhun…
Di saat Menteri PKS menyatakan perang terhadap Pornografi, muncul kasus Arifinto…
Di saat Menteri PKS menyatakan perang tehadap produk impor, muncul kasus LHI…
Hanya kebetulankah???

Demikianlah petikan kalimat-kalimat pembelaan oleh para kader PKS yang sejak kemarin berseliweran di berbagai jejaring sosial, forum dan blog. PKS yang dikenal sebagai partai dengan kader intelek dan melek IT langsung bereaksi keras begitu Presiden mereka, Luthfi Hassan Ishaq dijemput KPK. Rata-rata para kader PKS relatif tak termakan berita media, sebab dalam kaderisasinya mereka mengenal yang namanya ats-tsiqah (kepercayaan) kepada qiyadah (pimpinan).

Selama ini, jika ada berita buruk tentang PKS dan kadernya, maka seluruh kader PKS diperintahkan untuk melakukan tabayyun (cek dan ricek). Dalilnyapun ada di dalam kitab suci Al-Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan menyesal atas perbuatanmu itu.”

Jadi, apakah para awak media mereka yang menulis berita tentang LHI mereka sebut sebagai orang fasiq? Bisa jadi ya karena pengertian fasiq adalah keluar dari aturan syariat. Apalagi para kader PKS sungguh-sungguh meyakini bahwa heboh kasus LHI yang langsung menjadi headline nyaris di seluruh koran nasional, topik utama di berbagai stasiun televisi sampai menjadi trending topic di twitter ini merupakan semacam konspirasi.

Istilah konspirasi ini pertama kali disampaikan anggota DPR F-PPP, Ahmad Yani. “Ini saling sandera, uji-menguji KPK, jangan dijadikan instruksi politik. Kalau ini betul konspirasi betapa tidak bermoralnya bangsa ini,” ujar Sekretaris Majelis Pakar DPP Partai Persatuan Pembangunan Ahmad Yani di kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (31/1/2013). Keyakinan kader PKS semakin kuat karena seperti quote di awal tulisan ini yang memang menunjukkan ada semacam kejanggalan setiap kader PKS “ditangkap”. Mereka menyebutnya sebagai kriminalisasi.

Konon lagi, Jimly Ash-Shiddiqie, mantan ketua Mahkamah Konstitusi juga berpikiran bahwa penetapan LHI sebagai tersangka ini janggal karena terlalu cepat. “Ganjil KPK menetapkan Luthfi Hasan Ishaq sebagai tersangka sangat cepat. Cuma beberapa menit setelah penangkapan,” kata pakar hukum tata negara Jimly Asshiddiqie, di kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (31/1). 

Jimly mengatakan cepatnya penetapan status tersangka Luthfi memunculkan kesan PKS sudah lama menjadi target incaran KPK. Padahal, banyak tokoh politik dari partai lain yang sudah sering disebut-sebut terlibat kasus korupsi, namun hingga kini belum ditetapkan sebagai tersangka. Ia mencontohkan kasus korupsi Hambalang dan Proyek Wisma Atlet. Meskipun dalam persidangan nama Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum sering disebut saksi maupun tersangka, nyatanya sampai sekarang KPK belum juga melakukan tindakan hukum signifikan kepada Anas. Tak hanya Anas, KPK juga dinilai Jimly tidak tegas terhadap politisi Golkar yang juga Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso. Padahal, dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum kepada dua tersangka kasus korupsi proyek Alquran dan pembangunan laboratorium madrasah, Zulkarnaen Djabbar dan Dendy Presetya, Priyo disebut menikmati fee satu persen dari total proyek.

Selain Jimly, Pengamat politik Yon Mahmudi mengaku heran dengan aksi KPK kali ini.“Tak ada angin tak ada hujan kok tiba-tiba petinggi PKS ditetapkan sebagai tersangka, hanya karena pengakuan sepihak yang tertangkap tangan,” katanya. Ia juga mempertanyakan apakah KPK tidak perlu konfirmasi atau konfrontasi untuk membuktikan kesaksian valid atau palsu. ”Apakah LHI sudah dipantau sejak lama, mungkin disadap komunikasinya dan diselidiki gerak-geriknya selama ini terkait kasus impor daging?,” kata dosen FIB UI yang disertasinya membahas PKS itu.

Muhammad Assegaf, kuasa hukum LHI, menyesalkan penjemputan yang dilakukan KPK di Kantor DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Rabu (30/1/2013) malam. Menurut Assegaf, penjemputan tersebut tidak menghargai Luthfi sebagai anggota Komisi I DPR yang juga Presiden PKS. “Dipanggil saja, dia akan datang. Itu lebih sopan, lebih menghargai harga diri ketua. Tapi ini tidak,” ujar Assegaf di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (31/1/2013). Assegaf mengatakan, Luthfi tidak berada di lokasi tangkap tangan yang dilakukan KPK, Selasa (29/1/2013) malam di Hotel Le Meridien dan kawasan Cawang, Jakarta Timur. Luthfi juga tidak berada pada posisi akan menerima uang tersebut.

Menurut Assegaf, KPK seharusnya memanggil Luthfi untuk menjalani pemeriksaan. Namun, yang dilakukan KPK adalah langsung menjemput atau menangkap Luthfi di DPP PKS. Ia pun membandingkannya dengan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Alifian Mallarangeng yang menjadi tersangka kasus dugaan korupsi proyek Hambalang. ”Kenapa dilakukan seperti orang tertangkap tangan? Kenapa KPK tidak bisa menggunakan cara-cara yang lebih terhormat? Kenapa terhadap mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Andi Mallarangeng) sudah tersangka di awal tapi tidak langsung ditangkap?,” ujarnya.

Seorang pengurus DPW PKS Sumatera Utara ikut menjelaskan analisa pribadinya yang disebar melalui jejaring sosial, “Terkait dengan isu KPK nampaknya konstruksinya agak kacau balau. Yang bikin skenario kurang profesional. Pertama, Ketika berita penangkapan muncul isunya ikut ditangkap supir Mentan. Ternyata dibantah. Kedua, yang mau disuap adalah anggota komisi IV DPR dari PKS. Sekarang jadi LHI yang jelas-jelas Komisi I. Ketiga, jika kaitannya dengan daging impor, dan tudingannya diarahkan LHI bisa atur Mentan yang notabene kader PKS, jelas salah alamat. Pasalnya Mentan tak lagi mengatur impor daging. Impor daging quotanya yang mengatur Deperindag. Apakah LHI bisa atur Menperindag yang notabene orang SBY. Keempat, disebutkan upaya penyuapan. Yang bersangkutan tidak menerima uang tersebut. Hanya disebutkan uang itu untuk LHI. Apakah adil orang yang berupaya mau disuap dijadikan tersangka? Padahal dia bisa jadi tdk tahu ada upaya itu. Dan apalagi tidak menerima uang tersebut. Wallahualam bishowab. Semoga Allah melindungi kita semua dari makar ini. Aamiin”

Kini, para kader PKS semakin yakin bahwa ini hanyalah kasus pesanan untuk membantai lawan politik jelang Pemilu 2014. Ayi Muzayni, protokoler Presiden PKS Selama ini ana saja tidak pernah mengenal AF (Ahmad Fathan) yang dituduhkan sebagai orang dekat LHI yang tertangkap bawa 1M, bersama wanita ABG itu (naudzubillah) , padahal hampir setiap menit saya mendampingi LHI,” ujarnya.

Mengenai AF ini, dalam rekaman yang diperoleh situs Islamedia, KPK sendiri menyebut AF dengan 2 istilah, yakni “dari swasta”, dan “yaa, mungkin rekan”. Keterangan tersebut dinyatakan Johan Budi selaku Juru Bicara KPK, dalam konferensi persnya pada Rabu malam Kamis lalu di Gedung KPK Jl HR Rasuna Said Jakarta. Entah dari mana datangnya keterangan bahwa AF ialah kader PKS, Sespri, Aspri, maupun staf LHI. “Yang perlu kami tegaskan di sini adalah AF itu bukan kader ataupun anggota PKS,” kata Hidayat Nur Wahid usai menghadiri pertemuan dengan Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Amminudin, di Bandung Utara, Jawa Barat, Kamis, seperti diberitakan Antara. Apalagi terungkap banyaknya pemberitaan lebay berisi fitnah di sejumlah media.

Seperti portal berita sekelas Liputan6.com sampai-sampai melakukan kesalahan fatal dalam penyampaian berita lewat jurnalisnya yang bernama Ferry Noviandi. Di sana dalam paragraf kedua ada tertulis, “Luthfi Hasan ditangkap tangan oleh KPK, Rabu (30/1/2013) malam. Dari penangkapan tersebut, KPK mendapatkan uang Rp1 miliar sebagai uang suap kepada Luthfi. Selain itu, setelah menerima uang suap, Luthfi berada dalam satu kamar hotel bersama wanita bernama Maharani.” Ini jelas keliru karena LHI tidak tertangkap tangan bahkan ia dijemput hanya karena pengakuan AF bahwa ia berencana memberikannya kepada Luthfi.

Lain lagi dengan situs tempo.co. Dalam setiap beritanya, ada istilah Suap Daging PKS. Padahal ini merupakan kasus LHI, bukan kasus institusi. Tapi Tempo berusaha menggiring opini publik bahwa jika ini adalah pekerjaannya PKS sebagai sebuah organisasi. Sungguh tendensius sekali.

Berita lebih aneh muncul di Rakyat Merdeka Online. Dalam salah satu beritanya diwww.rmol.co/read/2013/01/31/96452/PKS-harus-Bubar-Minimal-Minta-Maaf-kepada-Umat-Islam, Direktur Eksekutif Indonesian Constitutional Watch (Icon) Razman Arif Nasution meminta PKS dibubarkan karena adanya penetapan LHI sebagai tersangka. Kata kader PKS, ini baru jadi tersangka saja sudah diminta bubar, partai-partai lain semacam Golkar, Demokrat dan PDIP yang kadernya sudah ramai memenuhi hotel prodeo kok tidak diminta bubar? Ilustrasi Konspirasi Penyesatan Opini Publik di Media.

Jadi wajarlah kemudian kalau PKS semakin meyakini bahwa semua peristiwa ini memang makar yang diciptakan lawan politik. Justru hanya para koruptorlah yang benci PKS dan takut PKS menang. Tak ingatkah kita pada kasus Misbakhun yang akhirnya diputus MA tidak bersalah? Begitupun, umumnya kader PKS menyikapi semua ini dengan sangat positif. Ini terlihat dari berbagai postingan kader-kadernya dari level pembesar hingga akar rumput di jejaring sosial. Sampai-sampai ada yang bilang syukur karena dengan kasus ini PKS mendapat iklan gratis selama sekian hari dibahas di media massa. Bahkan Luthfi Hassan Ishaq semakin mudah dikenal dengan singkatan LHI. Padahal Abu Rizal Bakrie harus menciptakan dan memasang ribuan iklan untuk mengenalkan dirinya sebagai ARB.

Sementara dalam grup facebook Indonesia Harapan Itu Masih Ada (IHIMA) yang dikelola kader PKS, muncul pula dukungan terhadap KPK dalam upaya pemberantasan korupsi. Namun dukungan itu disertai peringatan agar KPK bersikap objektif jangan sampai melakukan penghancuran terhadap ikon anti korupsi.